GELIAT DUA BURSA BERJANGKA DI INDONESIA

 

Taufikul Basari
*) Bisnis Indonesia

 

 

Optimis. Kata itulah yang pas saat menilik gerak industri perdagangan berjangka komoditas di Indonesia, sekalipun masih perlu waktu bagi bursa berjangka Tanah Air agar menjadi referensi harga dunia.

Selasa, 19 Juli 2011, wajah-wajah jajaran pejabat Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang hadir di DPR tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Pagi itu industri berjangka komoditas Indonesia memiliki beleid baru dengan ditandatanganinya rancangan Undang-undang perubahan atas UU No. 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) dalam rapat paripurna DPR.

Maka jadilah regulasi yang lebih lengkap, UU No. 10 tahun 2011 tentang PBK. Bappebti dan DPR membahas perubahan regulasi ini sejak akhir 2010, yang diantaranya soal dimasukkannya Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) atau over the counter (OTC)derrivatives.

Ada dua isu pokok dalam regulasi itu, yakni pengembangan dan pengawasan. Pengembangan mencakup berbagai elemen penting dalam pengembangan pasar berjangka pada masa mendatang, diantaranya perluasan pengertian mendasar soal produk berjangka.

Dari segi pengawasan, UU tersebut mengatur secara sistematik prosedur penanganan kasus-kasus dengan memberikan penguatan dan perluasan wewenang Bappebti. Badan ini juga mengatur agar pialang dan klien tidak main mata dengan tidak mendaftarkan transaksi mereka ke lembaga kliring. Tanpa pendaftaran itu lembaga kliring kehilangan potensi pembayaran transaksi.

Kakak-beradik, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI), juga berebut perhatian. BKDI tahun ini meluncurkan produk emas GoldUD dan GoldID serta olein. Bursa ini juga siap mengoranisasi pasar fisik timah tahun depan.

Setelah BBJ membuat kontrak mini emas, produk komoditas syariah, dan kakao dirilis. Bursa komoditas pertama ini juga gencar sosialisasi ke kampus dan mendirikan pusat informasi perdagangan berjangka. Bursa ini berencana mengembangkan sistem perdagangan elektronis dari sistem JAFeTS versi 3 ke versi yang lebih canggih. Selain itu, mereka tengah menyiapkan produk baru dan berencana membentuk anak usaha guna mendiversifikasi sumber pendapatan.

BBJ menargetkan volume transaksi multilateral pada 2012 mancapai 400.000 lot dengan total transaksi 8 juta lot. Sementara itu, di sisi pengembangan produk mereka berharap memunculkan lima produk multilateral baru dan lima produk lain-lain. Adapun BKDI menargetkan volume transaksi 2012 minimal 10.000 lot per hari.

Di lain pihak, Kepala Bappebti Syahrul Sempurnajaya menginginkan transaksi multilateral mencapai 1 juta lot, dengan pertambahan minimal dua produk baru. Bappebti juga optimis transaksi SPA bisa naik 10% - 15%.

Dalam pandangan pengamat perdagangan berjangka yang juga analis Harvest International Futures, Ibrahim, perkembangan itu menandai perubahan penting. Rilis produk itu, katanya, adalah menunjukkan kian proaktifnya kedua bursa komoditas.Menurutnya, Indonesia yang kaya dengan berbagai komoditas belum memiliki pasar yang membentuk harga referensi. Dengan hadirnya bursa, seharusnya dalam 5 tahun ke depan acuan harga beberapa komoditas menggunakan harga di Indonesia.

Dukungan penuh pemerintah dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat soal perdagangan berjangka sangat diharapkan. Ini karena sebagian masyarakat masih awam, bahkan yang terlibat dalam produksi komoditas.