Manfaat Ekonomis Perdagangan Berjangka

 

Industri perdagangan berjangka di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 12 tahun. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami apa manfaat ekonomis perdagangan berjangka komoditi dan kontrak berjangka komoditi

 

Berbeda dengan pengertian kontrak dalam perdagangan biasa, Kontrak Berjangka merupakan kontrak yang standar di mana jumlah, mutu, jenis, tempat, dan waktu penyerahannya telah ditetapkan terlebih dahulu. Karena bentuknya yang standar itu, maka yang di”negoisasi”kan hanya harganya saja. Performance atau “terpenuhinya” kontrak berjangka sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak, dijamin oleh suatu lembaga khusus yaitu Lembaga Kliring Berjangka.

Berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, yang kemudian berubah menjadi UU No. 10/2011, menyatakan perdagangan berjangka komoditi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya.

Perdagangan berjangka dilakukan di bursa berjangka, yang selanjutnya disebut dengan bursa, yang memperdagangkan kontrak berjangka berbagai komoditi. Tempat untuk memperdagangkan kontrak berjangka itu juga disebut pasar berjangka.

Dengan demikian di bursa akan terdapat banyak pasar berjangka, sesuai dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Di bursa, pembeli dan penjual bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli/menjual sejumlah komoditi untuk dikemudian hari, sesuai isi/spesifikasi kontrak.

Harga komoditi yang terbentuk di bursa, berlangsung secara transparan. Dengan demikian, harga tersebut akan mencerminkan kekuatan pasokan dan permintaan yang sebenarnya. Transaksi di bursa dilakukan oleh para anggota bursa, yang terdiri dari pialang berjangka dan pedagang berjangka, baik dengan cara berteriak (open outcry) atau secara elektronik (authomated/electronic trading system). Selanjutnya, harga yang terjadi dicatat menurut bulan penyerahan masing-masing kontrak berjangka, dan diumumkan secara luas kepada masyarakat.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, dan khususnya di bursa-bursa yang baru, sistem perdagangan umumnya dilakukan secara elektronik menggunakan komputer, yang memiliki akses ke computer induk yang ada di bursa.

Manfaat Perdagangan Berjangka Komoditi

Ada dua manfaat utama dari penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi. Yaitu sebagai sarana pengelolaan resiko (risk management) melalui kegiatan lindungnilai atau “hedging”, dan sarana pembentukan harga (price discovery).

Pada dasarnya, harga komoditi primer sering berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan lindung-nilai menggunakan Kontrak Berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil mungkin dampak (resiko) yang diakibatkan gejolak harga tersebut.

Dengan memanfaatkan kontrak berjangka,produsen komoditi dapat menjual komoditi yang  baru akan mereka panen beberapa bulan kemudian, pada harga yang telah dipastikan atau “dikunci” sekarang (sebelum panen). Dengan demikian, mereka dapat memperoleh jaminan harga sehingga tidak terpengaruh oleh kenaikan/penurunan harga jual di pasar tunai.

Manfaat yang sama juga dapat diperoleh pihak lain seperti eksportir yang harus melakukan pembelian komoditi di masa yang akan datang, pada saat harus memenuhi kontraknya dengan pembeli diluar negeri. Atau pengolah, yang harus melakukan pembelian komoditisecara berkesinambungan.

Manfaat kedua adalah sebagai sarana pembentukan harga yang transparan dan wajar, yang mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan. Hal ini dimungkinkan, karena transaksi hanya dilakukan oleh atau melalui anggota bursa, mewakili nasabah atau dirinya sendiri. Artinya, antara pembeli dan penjual kontrak berjangka tidak saling kenal atau mengetahui secara langsung.

Harga yang terjadi di bursa umumnya dijadikan sebagai harga acuan (reference price) oleh dunia usaha, termasuk petani dan produsen/pengusaha kecil, untuk melakukan transaksi di pasar fisik.

Pada bagian pertama telah disinggung tentang pengertian perdagangan berjangka dan manfaatnya. Sekarang, marilah kita lihat uraian yang lebih jauh, berikut contoh kasusnya.

Komoditi yang menjadi subjek kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa, adalah komoditi pertanian, kehutanan, pertambangan, industri hulu, produk finansial serta jasa. Setiap komoditi yang kontraknya diperdagangkan di bursa, spesifikasinya ditetapkan secara jelas; menyangkut jumlah, kualitas, dan waktu penyerahan. Dengan demikian, para pemakai/pengguna bursa bisa mudah melakukan transaksinya, sehingga akan terwujud pasar yang aktif dan likuid.

Para produsen, pengolah, pedagang, dan konsumen menggunakan kontrak berjangka sebagai alat untuk melindungi dirinya dari resiko fluktuasi harga. Pasar berjangka menjanjikan kestabilan pendapatan bagi produsen, karena harga komoditinya dapat diprediksi dan ‘dikunci’ dengan baik.

Disamping ‘hedger’, yaitu pihak yang menggunakan kontrak berjangka untuk mengurangi resiko, di pihak sebaliknya disebut “investor/spekulator”, yaitu mereka yang ingin mencari keuntungan dari adanya fluktuasi harga. Investor atau spekulator biasanya membeli kontrak berjangka pada saat harga rendah, dan menjualnya pada saat harga naik. Atau sebaliknya, menjual kontrak berjangka pada saat harga diperkirakan akan mengalami penurunan, dan membelinya kembali pada saat harga rendah.

Praktiknya, kegiatan lindung nilai bisa dicontohkan sebagai berikut. Misalnya, seorang produsen gula mengharapkan dapat menjual gula yang akan dihasilkannya dalam waktu 2 atau 3 bulan mendatang. Produsen tersebut memperhitungkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang wajar, dia harus dapat menjual gula yang akan dihasilkannya pada harga US$ 190 per ton. Harga di pasar berjangka untuk 3 bulan mendatang sebesar US$ 204 per ton, menurut perhitungannya, cocok dengan harapannya.

Si produsen kemudian menggunakan jasa pialang berjangka untuk menjual sejumlah kontrak di pasar berjangka, yang ekivalen dengan produk yang akan dihasilkannya untuk penyerahan bulan Mei pada harga US$ 204 per ton. Pada akhir April, ketika si Produsen siap menjual gulanya, ternyata harga gula di pasar fisik turun menjadi US$ 170 per ton. Sementara harga untuk penyerahan bulan Mei di pasar berjangka turun  menjadi US$ 180 per ton.

Si produsen menjual gulanya dipasar lokal pada harga US$ 170 per ton, dan pada saat yang sama menginstruksikan pada Pialangnya untuk membeli kembali sejumlah kontrak yang sama di pasar berjangka, untuk penyerahan bulan Mei pada harga US$ 180 per ton. Berarti, si produsen sekarang memiliki kontrak jual pada harga US$ 204 per ton dan kontrak beli pada harga US$ 180 per ton, yang memberinya keuntungan sebesar US$ 24 per ton di pasar berjangka. Keuntungan ini ditambahkan pada penerimaan yang diperoleh dari pasar lokal pada harga US$ 170 per ton, sehingga harga jual sebenarnya menjadi US$ 194 per ton.

Bila terjadi hal yang sebaliknya (harga naik), hasil akhirnya kurang lebih akan sama. Misalnya, harga di pasar lokal pada bulan Mei naik menjadi US$ 210 per ton, sedangkan harga kontrak penyerahan Mei di pasar berjangka naik menjadi US$ 220 per ton. Berarti si produsen menderita kerugian di pasar berjangka sebesar US$ 16 per ton, sekaligus mengurangi hasil penjualannya di pasar lokal sebesar US$ 210 per ton, menjadi sebesar US$ 194 per ton sebagai harga akhir yang diterima.

Semua pengguna pasar berjangka, dipersyaratkan menyerahkan sejumlah uang yang di sebut “margin”. Besarnya per kontrak umumnya berkisar antara 5 % - 10 % dari nilai kontrak. Adapun besarnya margin berbeda-beda tergantung pada komoditi, waktu, dan gejolak harga yang terjadi.

Dalam perjalanannya, margin ini memerlukan tambahan (margin call), karena berkurang dari margin awalnya akibat pergerakan harga yang berlawanan dengan yang diperkirakan semula.  Bila saldo margin mencapai batas tertentu, kepada setiap nasabah yang memiliki posisi “terbuka”, baik beli atau jual, harus menambahkan marginnya kebesaran semula (margin awal).

Margin yang telah ditetapkan berlaku untuk periode waktu tertentu, dan dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Selain itu ada biaya komisi yang dikenakan oleh pialang berjangka, yang besaran minimumnya ditetapkan bursa atas persetujuan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).