Pemanfaatan sistem resi gudang (SRG) terus menunjukkan pertumbuhan. Pada kuartal III 2022, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) mencatatkan nilai barang dalam SRG mencapai Rp 1,040 triliun. Capaian itu tumbuh hampir tiga kali lipat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi menyebutkan, realisasi capaian tahun ini periode Januari–Agustus hanya Rp 385,4 miliar. Pertumbuhan tersebut ditopang resi gudang komoditas gula dan timah.

“Saat ini nilai gula di sistem kami Rp 449 miliar dan timah Rp 437 miliar,” ujarnya.

Pertumbuhan positif juga terjadi di nilai pembiayaan resi gudang. Hingga kuartal III, nilai pembiayaan mencapai Rp 759,7 miliar.

Angka itu meningkat 353 persen bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu senilai Rp 215,1 miliar. Dari sisi volume barang, KBI mencatat volume 49 ribu ton.

Meningkat 498 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 9,9 ribu ton. Namun, jumlah registrasi sedikit menurun. Dari 481 RG pada delapan bulan pertama 2021 menjadi 463 RG.

“Macam komoditas yang masuk pun ikut terkoreksi. Hanya 13 komoditas. Pada kuartal III 2021, ada 14 komoditas,” jelasnya.

Melihat banyaknya komoditas di Indonesia, Fajar optimistis pemanfaatan resi gudang akan terus tumbuh. KBI sebagai pusat registrasi resi gudang bakal berupaya meningkatkan kinerja resi gudang dalam bentuk program edukasi dan literasi. Baik kepada para pemilik komoditas, kalangan bisnis, perbankan, maupun masyarakat luas.

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Widiastuti mengapresiasi para pemangku kepentingan di ekosistem resi gudang ini. Menurut dia, nilai barang di resi gudang yang melampaui Rp 1 triliun merupakan momen penting. Dengan begitu, harga komoditas bisa lebih stabil.