Mengenal Lebih Dalam Analisis Fundamental

*) Apriliyanto, Pelaksana pada Sekretariat Bappebti

 

Indikator ekonomi makro merupakan indicator terpenting dalam analisa fundamental.

 

Seperti yang sudah dijelaskan pada edisi sebelumnya, berikut ini penulis memberi gambaran penerapan analisis fundamental untuk komoditi alumunium. Sebagaimana diketahui, komoditi aluminium merupakan salah satu subjek kontrak berjangka komoditi yang diperdagangkan London Metal Exchange (LME).

Untuk mengaplikasikan analisis fundamental komoditi alumunium, kita terlebih dahulu mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhinya, seperti; pembatasan ekspor dan tarif, sumber daya atau teknologi yang digunakan, biaya yang digunakan untuk pengolahan yang cukup mahal, jalur distribusi dari produsen, sumber energi yang intensive. Serta, peraturan mengenai lingkungan dan emisi, barang-barang pengganti seperti plastik dalam pengemasan dan transportasi kabel tembaga.

Agar dapat menganalisis fundamental mengenai industri alumunium, kita pun harus mengumpulkan data-data yang dibagi menjadi kelompok, yaitu data penawaran-permintaan.

Untuk memperoleh data-data tersebut dapat diperoleh melalui asosiasi industri atau kelompok penelitian untuk data permintaan dan penawaran, produser, supplier, konsumen, stakeholder dan agen distribusi, pemerintahan, reuters, Bloomberg, LME, GTIS.

Selain data-data tersebut, kita juga perlu melengkapinya dengan data-data ekonomi makro. Sebab, indikator ekonomi makro merupakan indikator terpenting dalam analisa fundamental. Karena data itu merupakan gambaran keseluruhan dari semua faktor fundamental yang ada. Serta, semua faktor yang sudah disebutkan tadi akan tergambar ke dalam keadaan ekonomi suatu negara.

Faktor ekonomi yang mengandung semua unsur penting dalam fundamental khususnya dari sektor ekonomi, seperti Gross Domestic Product (GDP)- Produk Domestik Bruto (PDB). Data PDB ini merupakan penjumlahan dari seluruh barang dan jasa yang berasal dari pasar domestik atau dalam negeri. Produk dan jasa ini bisa berasal dari perusahaan dalam negeri maupun asing. Selama perusahaan tersebut beroperasi di suatu wilayah negara tertentu, maka pendapatannya akan dicatat sebagai PDB negara tersebut.

Berbeda dengan PDB, PNB adalah penghasilan suatu negara yang berasal dari total produk barang dan jasa yang diproduksi oleh warga negaranya baik yang berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri.

Selanjutnya tingkat inflasi. Data ini merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam perhitungan tingkat suku bunga (interest rate). Inflasi itu sendiri memiliki definisi melonjaknya harga-harga barang yang sifatnya relatif lama (jangka panjang) dan efeknya dapat meluas. Itu artinya tingkat inflasi merupakan ukuran atau indikator perkembangan atau pertumbuhan inflasi yang terjadi dan diukur secara periodik dalam periode waktu tertentu.

Tingkat inflasi juga merupakan cerminan dari PDB dan PNB dalam nilai yang sebenarnya yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam analisa fundamental. PDB dan PNB riil ini seringkali digunakan para investor sebagai pembanding antara peluang dan resiko investasinya di mancanegara.

Selain itu, indikator lain dalam tingkat inflasi yang biasanya menjadi perhatian investor, yaitu Producer Price Index (PPI) atau Indeks Harga Produksi. Indeks ini merupakan alat ukur atau acuan rata-rata perubahan harga yang diterima oleh produsen domestik untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI biasanya dihimpun dari berbagai sektor ekonomi terutama sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian.

Kemudian Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen, yakni indeks yang digunakan untuk menghitung perubahan harga eceran yang terjadi dari setiap barang dan jasa yang diproduksi oleh kelompok tertentu.

Data lain yang juga tak kalah penting yakni, neraca pembayaran. Data ini digunakan investor untuk mengetahui posisi keuangan suatu negara, apakah negara tersebut mengalami defisit atau surplus. Neraca pembayaran ini pun terbagi ke dalam dua unsur yaitu neraca perdagangan dan neraca aliran modal.

Kemudian data tingkat pengangguran, data ini menunjukan ratio antara jumlah lapangan kerja dan penduduk yang tidak atau belum memiliki pekerjaan namun masih dalam usia yang produktif. Indikator ini menggambarkan kondisi riil ekonomi suatu negara. Negara dengan kondisi ekonomi yang sehat tentu memiliki tingkat pengangguran yang rendah, dan sebaliknya, jika kondisi ekonomi suatu negara tidak sehat tingkat penganggurannya pun akan cenderung tinggi.

Kurs valuta asing, indikator kurs juga merupakan gambaran dari stabilitas perekonomian suatu negara. Negara dengan stabilitas perekonomian yang bagus biasanya memiliki mata uang yang stabil pula pergerakannya. Dan, negara dengan stabilitas perekonomian buruk, mata uangnya cenderung bergerak tidak menentu dan cenderung melemah.

Terakhir data yang diperlukan yakni Public Sector Net Cash Requirement (PSNCR) atau data kebutuhan tunai sektor publik. Data ini merupakan kebutuhan pemerintah dalam memenuhi keperluan belanjanya dengan cara meminjam atau hutang. Indikator ini jarang sekali diperhatikan investor karena memang sangat jarang momentum yang tercipta dari indikator ini