Bappebti Ajak Mahasiswa Sukseskan Sistem Resi Gudang

 
Jakarta - Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Sutriono Edi makin intensif mengajak semua elemen masyarakat memanfaatkan pembiayaan dengan Sistem Resi Gudang (SRG). Di Gorontalo, Bappebti bersinergi dengan mahasiswa yang pada akhir pendidikannya akan menempuh program Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk mengajak petani dan pelaku usaha menyimpan hasil panen dan komoditas pangannya ke gudang SRG. Sejak diluncurkan hingga saat ini, total pembiayaan SRG mencapai Rp 258, 34 miliar dan total nilai resi gudang melonjak menjadi Rp 422,19 miliar.
 
“Mahasiswa punya peran strategis dalam menyosialisasikan SRG kepada petani dan pelaku usaha. Dalam program kuliah kerja nyata (KKN), mahasiswa dapat menjadi motor penggerak agar petani mau menyimpan hasil panennya di gudang SRG," kata Sutriono Edi saat melakukan sosialisasi SRG di Universitas Ichsan Gorontalo, Kamis (19/11).
 
Sutrisno menuturkan, mahasiswa pada saatnya juga dapat memanfaatkan SRG setelah nanti mengambil peran sebagai peneliti, investor, ahli komoditas, pengelola gudang, pengusaha, bahkan sebagai petani. Sesuai UU Nomor 9 Tahun 2006 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 9 Tahun 2011, SRG merupakan salah satu instrumen pembiayaan perdagangan yang dapat dimanfaatkan para petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi tani, maupun pelaku usaha (pedagang, prosesor, pabrikan), dalam hal ini tersedianya akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang (komoditas) yang disimpan di gudang.
 
Dengan memiliki resi gudang, para pelaku usaha, khususnya petani, kelompok tani, koperasi, serta usaha kecil dan menengah (UKM) dapat memperoleh kredit di bank tanpa memberikan jaminan atau aset tetap lainnya, seperti tanah, rumah, atau kendaraan bermotor. “Jaminannya adalah resi gudang itu sendiri yang merupakan bukti kepemilikan barang yang disimpan di gudang, sehingga petani tidak perlu menjual hasil panennya langsung pada saat panen raya di mana harga sedang turun,” jelas Sutriono.
 
Sutriono menjelaskan bahwa sejak diluncurkan pada 2008, penerbitan resi gudang telah dilakukan di 16 provinsi, meliputi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, Bali, dan Sulawesi Tenggara.
 
Secara lebih spesifik, SRG telah tersebar di 63 kabupaten/kota yang meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, Pidie Jaya, Deli Serdang, Langkat, Pasaman Barat, Lampung Selatan, Tulang Bawang, Tanggamus, Lebak, Tanggerang, Ciamis, Cianjur, Indramayu, Subang, Sumedang, Bogor, Tasikmalaya, Barito Kuala, Madiun, Ngawi, Pasuruan, Banyuwangi, Jombang, Kudus, Mojokerto, Nganjuk, Probolinggo, Sampang, Situbondo, Tuban, Tulungagung, Blitar, Bojonegoro, Malang, Jember, Bantul, Banyumas, Banjarnegara, Demak, Grobogan, Jepara, Pekalongan, Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Blora, Kudus, Gowa, Makassar, Bantaeng, Pinrang, Sidrap, Badung, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, DKI Jakarta, Kepahiang, Konawe Selatan, Bireuen dan Pandeglang; untuk komoditas gabah, beras, jagung, kopi, rumput laut, dan kakao.
 
Sedangkan, pembiayaan resi gudang, lanjut Sutriono, telah dilakukan oleh lembaga keuangan bank seperti BRI, Bank BJB, Bank Jatim, Bank Kalsel, Bank Jateng, BPRS Bina Amanah Satria Purwokerto, maupun Lembaga Keuangan Non-Bank yaitu PKBL PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan LPDB Kementerian Koperasi dan UKM.
 
Melalui Keputusan Menteri Perdagangan No 08/M-DAG/PER/02/2013 tentang Barang yang Dapat Disimpan di Gudang dalam Penyelenggaraan SRG, saat ini terdapat total 10 macam komoditas yang disimpan dalam gudang SRG meliputi gabah, beras, jagung, kakao, kopi, lada, karet, rumput laut, rotan, dan garam.
 
Secara kumulatif sampai 17 November 2015, jumlah resi gudang yang telah diterbitkan sebanyak 2.125 resi dengan total volume komoditas sebanyak 80.254,67 ton (68.077,96 ton gabah, 6.499,22 ton beras, 5.101,07 ton jagung, 153,27 ton kopi, 420 ton rumput laut, dan 3,14 ton kakao) atau total senilai Rp 422,19 miliar.
 
Jika dibandingkan dengan periode tahun 2013, pada 2014 penerbitan resi gudang menunjukan pertumbuhan positif. Jumlah resi gudang yang diterbitkan meningkat 5%, volume meningkat 8%, nilai komoditas meningkat 9 %, dan nilai pembiayaan dari perbankan juga meningkat 12%.
 
 
Eva Fitriani/EVA