ILB untuk Efisiensi dan Kendali Pasar

PAKET Kebijakan II mengenai Pusat Logistik Berikat (PLB) bisa meningkatkan efisiensi dan nilai tambah bagi komoditas nasional. Industri timah pun meminta adanya Indonesia Commodity and Derivative Exchange Logistik Berikat (ILB) yang masuk ke PLB.

“Selama ini perdagangan timah dari Indonesia parkir di Singapura dan Malaysia, padahal mereka hanya trader timah dari Indonesia. ILB bisa membuatnya lebih efisien dan cash flow tidak memberatkan perusahaan karena barang yang masuk ke gudang di ILB akan ada imune lewat insentif keuangan,” ucap CEO of ICDX, Megain Widjaja, dalam Indonesia Tin Conference & Exhibition (ITCE) di Nusa Dua, Bali, Senin (19/9).

Pemerintah, imbuhnya, sudah menjanjikan ILB akan beroperasi dalam satu bulan ke depan. Saat ini proses yang sedang berjalan ialah verifikasi izin dari ICDX untuk membangun ILB di Marunda, Jakarta, dengan luas 10 ribu m2.
“Nanti akan diluncurkan operasionalnya pada Jakarta International Logistics Summit and Expo Oktober 2016,” ucapnya.

Di kesempatan yang sama, Kepala Seksi Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Ditjen Bea dan Cukai Dorothea Sigit menjelaskan akan ada dua skema ekspor di PLB. Pertama, ekspor melalui PLB akan ditetapkan sebagai barang ekspor dengan pembayaran royalti, pajak ekspor, dan ketentuan izin ekspor lainnya.

“Untungnya, bagi bursa berjangka, kalau mereka memprediksikan, harga barang atau nilai royalti naik tahun depan, mereka bisa bayar dengan nilai sekarang untuk transaksi nanti,” paparnya.

Skema kedua ialah barang yang akan diekspor akan berstatus barang yang ditaruh atau dititipkan. Dengan demikian, itu tidak perlu kena bea masuk jika sebagian akan dijual untuk pasar lokal.

“Dengan ILB, efisiensi yang akan tercipta bisa mencapai 20%. Dalam jangka panjang, itu akan membuat Indonesia me­nguasai suplai timah dunia.”
Saat ini Indonesia merupakan eksportir terbesar timah dunia dengan jumlah 70.310,51 ton selama 2015 dan 29.652 ton selama Januari-Juni 2016 dengan tujuan Singapura, Belanda, India, Taiwan, dan Jepang.

Harga membaik.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Bachrul Chairi, menyampaikan harga timah cenderung membaik dengan kisaran US$18 ribu-US$19 ribu per ton sepanjang Agustus-September 2016. “Harga membaik karena kita bisa mengurangi perdagangan ilegal timah,” ucap Bachrul.

Dia pun mengapresiasi ICDX yang membuat Indonesia bisa menjadi kontributor harga timah dunia. Di masa depan, kata Bachrul, tantangan harga timah ialah pertumbuhan ekonomi global dan suku bu­nga The Fed. Bila ekonomi Amerika Serikat, Tiongkok, dan India bertumbuh, permintaan timah akan naik.

Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyatakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) tidak akan memengaruhi acuan harga timah dunia, London Metal Exchange (LME).

“Hanya akan melemahkan pound sterling dan euro, tidak ada pengaruh ke harga komoditas,” ucap Faisal.

Media : mediaindonesia.com

Rep : Jesica Sihite

Selasa , 20 September 2016 02:30 WIB

Penulis: