Kembangkan SRG, Bos Bappebti Terinspirasi GoJek

INILAHCOM, Jakarta - Untuk mendorong berkembangnya Sistem Resi Gudang (SRG), Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Sutriono Edi ingin belajar dari GoJek.
 
Kata Sutriono, SRG bisa menjadi terobosan bisnis yang menguntungkan kalangan petani. Hanya saja, SRG perlu dibuat mudah untuk menarik petani. "Contoh saja GoJek, awalnya, siapa yang sangka bisa sebesar ini. Apakah tukan ojek bisa mengoperasikan aplikasinya? Ternyata bisa kan. Bahkan, mereka bisa lebih mudah tahu mengenai berbagai informasi," papar Sutriono di Jakarta, Rabu (10/2/2016).
 
Selanjutnya Sutriono mencontohkan SRG rumput laut di pulau yang terpencil. Adanya keterbatasan posisi ini, haruslah bisa dipecahkan. Agar bisa terjadi transaksi bisnis yang menguntungkan seluruh pihak.
 
"SRG rumput laut di pulau kecil, perlu dikonsolidasikan sebagai pola bisnis yang menguntungkan seluruh pihak dari hulu sampai hilir," paparnya.
 
Sekedar informasi, resi gudang atau warehouse receipt, sebenarnya bukan barang baru di kalangan pebisnis. Dokumen ini, menunjukkan bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang terdaftar.
 
Nah, barang yang disimpan dalam gudang, biasanya merupakan komoditas yang umum yakni karet, kopi, jagung, coklat, ataupun minyak sawit (crude palm oil/CPO)
 
Sedangkan resi gudang, juga tidak sembarangan. Karena, menunjukkan bukti kepemilikan yang memiliki payung hukum. Yang mengeluarkannya haruslah pengelola khusus, diatur berdasarkan UU no 9 tahun 2006 Sistem Resi Gudang (SRG).
 
Dalam dunia bisnis, resi gudang bisa dipindahtangankan (dijual), dijadikan penjaminan dalam bisnis, pengajuan kredit perbankan, atau masuk transaksi derivatif seperti halnya kontrak berjangka (futures contract).
 
Saat ini, pemerintah mendorong agar sistem resi gudang bisa lebih banyak dimanfaatkan petani. Misalnya untuk jaminan kredit perbankan, memberikan nilai tambah komoditas atau mengurangi kerugian di kala harga anjlok. [ipe]