Jakarta, HanTer-Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Sutriono Edi, mengungkapkan bahwa dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Selasa (9/2/2016), ada tiga hal penting yang dipaparkan untuk memperkuat industri perdagangan berjangka komoditi nasional, yang diharapkan dapat menjadikan komoditi ekspor Indonesia sebagai referensi harga internasional.
 
Ketiga hal itu, menurut Sutriono, adalah peningkatan transaksi multilateral, peningkatan integriatas industri bursa komoditi, dan peningkatan iklim usaha yang kondusif.
 
"Tiga fokus ini mendukung agar komoditi ekspor utama Indonesia yang diperdagangkan di bursa berjangka dapat menjadi referensi harga internasional dengan tetap menjaga prinsip dan memperhatikan aspek perlindungan hukum kepada masyarakat," kata Sutriono.
 
Sutriono menuturkan, selama tahun 2015, transaksi PBK mencapai 6.590.530 lot atau meningkat 7,11 persen dibandingkan transaksi pada 2014 yang sebesar 6.153.009 lot. Transaksi komoditi primer di bursa berjangka (multilateral) ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat dari volume transaksi di 2015 yang mencapai 1.280.801 lot atau meningkat 15,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 yang sebesar 1.109.175 lot.
 
Sementara pertumbuhan share transaksi multilateral terhadap transaksi bilateral (SPA) dari tahun ke tahun juga terus meningkat, yaitu 14,26 persen pada 2012; 18,37 persen pada 2013; 18,03 persen pada 2014; dan 19,43 persen pada 2015.
 
"Dengan demikian, periode 2014 hingga 2015 terjadi peningkatan share transaksi sebesar 7,76 persen," ujarnya.
 
Lebih lanjut, Sutriono menjelaskan, kontrak multilateral yang paling banyak diperdagangkan adalah CPO (CPOTR) 439.635 lot, kopi robusta (RCF) 233,712 lot, dan emas 250 gram (GOL 250) 129,023 lot.
 
"Melihat peningkatan positif, saya optimis investasi di perdagangan berjangka cukup menarik dan dapat didorong sehingga kontribusi terhadap perekonomian nasional meningkat," paparnya.
 
Sebagai upaya mencapai target tersebut, Sutriono mengungkapkan Bappebti bersama-sama dengan self-regulatory organization (SRO) yang terdiri dari bursa berjangka (PT Bursa Berjangka Jakarta/BBJ dan PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia/BKDI), lembaga kliring berjangka (PT Kliring Berjangka Indonesia/KBI dan PT Indonesia Clearing House/ICH), dan Asosiasi Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (Aspebtindo) bersinergi mendorong edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
 
Upaya ini, tambah Sutriono, dimaksudkan agar PBK dapat dimanfaatkan sebagai instrumen pembentukan harga (price discovery) dan referensi harga (price reference) komoditi di dunia, seperti kopi, kelapa sawit, kakao, dan karet.
 
"Indonesia memiliki potensi komoditas yang besar di dunia, seperti kopi, kelapa sawit, kakao, dan karet," tukasnya.
 
 

http://www.harianterbit.com/hanterekonomi/read/2016/02/10/55944/21/21/Perkuat-Industri-Perdagangan-Indonesia-Ini-Tiga-Langkah-Bappebti