Tahun 2016, Bappebti Perkuat Tiga Fokus

 
Jakarta, GATRAnews - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan memperkuat industri perdagangan berjangka komoditi (PBK) melalui tiga fokus. Kepala Bappebti Sutriono Edi mengatakan, fokus pertama yaitu peningkatan transaksi multilateral. Fokus kedua, peningkatan integritas industri PBK, dan fokus ketiga, peningkatan iklim usaha yang kondusif.
 
 
"Tiga fokus itu mendukung agar komoditi ekspor utama Indonesia yang diperdagangkan di bursa berjangka dapat menjadi referensi harga internasional dengan tetap menjaga prinsip dan memperhatikan aspek perlindungan hukum kepada masyarakat,” ujar Sutriono Edi, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu (20/1).
 
Selama 2015, transaksi PBK mencapai 6.590.530 lot atau meningkat 7,11% dibandingkan transaksi pada 2014 yang sebesar 6.153.009 lot. Transaksi komoditi primer di bursa berjangka (multilateral) ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat dari volume transaksi di 2015 yang mencapai 1.280.801 lot atau meningkat 15,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 yang sebesar 1.109.175 lot.
 
Sedangkan pertumbuhan share transaksi multilateral terhadap transaksi bilateral (SPA) dari tahun ke tahun juga terus meningkat, yaitu 14,26% pada 2012; 18,37% pada 2013; 18,03% pada 2014; dan 19,43% pada 2015. Dengan demikian, periode 2014 hingga 2015 terjadi peningkatan share transaksi sebesar 7,76%. Kontrak multilateral yang paling banyak diperdagangkan adalah CPO (CPOTR) 439.635 lot, kopi robusta (RCF) 233,712 lot, dan emas 250 gram (GOL 250) 129,023 lot.
 
"Melihat peningkatan positif, saya optimis investasi di perdagangan berjangka cukup menarik dan dapat didorong sehingga kontribusi terhadap perekonomian nasional meningkat," ujarnya.
 
Sebagai upaya mencapai target tersebut, Sutriono mengungkapkan Bappebti bersama-sama dengan self-regulatory organization (SRO) yang terdiri dari bursa berjangka (PT Bursa Berjangka Jakarta/BBJ dan PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia/BKDI), lembaga kliring berjangka (PT Kliring Berjangka Indonesia/KBI dan PT Indonesia Clearing House/ICH), dan Asosiasi Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (Aspebtindo) bersinergi mendorong edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
 
Upaya ini dimaksudkan agar PBK dapat dimanfaatkan sebagai instrumen pembentukan harga (price discovery) dan referensi harga (price reference) komoditi di dunia, seperti kopi, kelapa sawit, kakao, dan karet.
 
“Indonesia memiliki potensi komoditas yang besar di dunia, seperti kopi, kelapa sawit, kakao, dan karet,” lanjut Sutriono.
 
Selain itu, Bappebti juga akan mendorong optimalisasi peran komoditi desk pada perusahaan pialang dan peningkatan fasilitas oleh kantor cabang seperti sistem, sarana promosi, dan SDM yang handal guna mendukung likuiditas transaksi di bursa. Sutriono pun mengaku telah berkoordinasi dengan SRO untuk melakukan sinkronisasi kegiatan edukasi dan sosialisasi yang lebih masif dan terarah.
 
Lebih jauh, menurut Sutriono Edi, investasi di perdagangan berjangka masih cukup menarik dan dapat didorong sehingga kontribusi terhadap perekonomian nasional meningkat. Untuk itu, pada semester I tahun 2016 ini diharapkan kontrak-kontrak baru berbasiskan komoditi primer unggulan ekspor Indonesia dapat diperdagangkan di bursa berjangka komoditi, seperti teh, rumput laut, kopra, dan karet serta komoditi syariah.
 
"Namun demikian, komoditi yang saat ini telah diperdagangkan di bursa akan terus diperkuat dan dioptimalkan di bursa seperti kopi, emas, kakao, CPO, olein, dan timah,” tuturnya.
 
 
Reporter: Didi Kurniawan
Editor: Tian Arief
 
Sumber: http://www.gatra.com/ekonomi/perdagangan/183058-tahun-2016-bappebti-perkuat-tiga-fokus