JAVA VETIVER ROOTOIL (AKAR WANGI)

 

Redaksi Buletin Kontrak Berjangka

 

 

Minyak atsiri akar wangi yang berasal dari Garut sangat populer dikalangan para pengusaha mancanegara. Karenanya komoditi ini dikenal dengan sebutan java vetiver rootoil. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Selain sebagai bahan dasar porduk kosmetik dan kesehatan, akar wangi sangat bermanfaat bagi pelestarian lingkungan.

Akar wangi yang dalam bahasa latin adropongon squarosus linn atau yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan vetiveria zizaniodes, tumbuh secara alami di tempat-tempat berpayau di wilayah utara India, Bangladesh, Srilangka, Myanmar dan di banyak tempat di kawasan Asia Tenggara. Selain dapat tumbuh di wilayah tropis, tanaman ini juga bisa ditemukan di wilayah subtropis seperti Cina.

Vetiver telah dibudidayakan masyarakat India selama berabad-abad untuk mengendalikan erosi dan diambil minyaknya sebagai bahan dasar pembuatan produk-produk kosmetik dan kesehatan. Hingga saat ini, ada beberapa negara yang dikenal sebagai produsen minyak akar wangi, yakni Haiti, India, Cina dan Brazil. Dan tak luput pula Indonesia. Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi terbaik akar wangi. Oleh karena itu komoditi ini juga dikenal dengan java vetiver rootoil. Di tanah air penyebaran tanaman ini dapat ditemui di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Produksi minyak atsisri akar wangi Indonesia sebagian besar diekspor ke Singapura, India, Jepang, Hongkong, Inggris, Belanda, Jerman, Italia, Swiss, dan Amerika Serikat. Hingga kini pun, peluang ekspor masih terbuka, terutama ke Asia Selatan, Asia Timur, Eropa Timur, dan Amerika Selatan. Apalagi tak banyak negara yang menjadi kompetitor, hanya Haiti dan Borbon sebagai pesaing. Bahkan, bencana alam yang melanda Haiti baru-baru ini membuat suplai negara itu menjadi berkurang.

Akar wangi termasuk tanaman rumput menahun, yang membentuk rumpun yang besar, padat, dengan arah tumbuh tegak lurus, dan kompak. Akarnya bercabang-cabang, memiliki rimpang, dengan sistem akar serabut yang dalam, serta beraroma harum. Dari situlah asal-mula nama akar wangi muncul. Rumpunnya bisa tumbuh hingga ketinggian 1-3 meter, dengan diameter 2-8 mm. Sedangkan daunnya berbentuk garis, pipih, kaku, dengan permukaan bawah daun licin. Perbungaan malai (tandan majemuk) terminal. Setiap tandan memiliki panjang sekitar 10 cm. Ruas yang terbentuk antara tandan dan tangkai bunga berbentuk benang, tetapi di bagian apeksnya tampak menebal.

Dalam membudidayakan akar wangi tidaklah memerlukan perawatan yang rumit. Cukup menanam bibitnya lalu disiram dan diawasi sampai tumbuh tunas. Setelah itu, ia akan tumbuh subur dan mampu bertahan dalam waktu lama. Kalau dibiarkan tanaman ini bisa hidup selama 50 tahun, panjang akarnya bisa mencapai 15 meter secara vertikal ke bawah tanah, sehingga menjadi paku bumi yang amat murah untuk menahan pengikisan tanah.

Manfaat tanaman akar wangi cukup banyak, sehingga layak dibudidayakan dan dijadikan salah satu komoditas pertanian unggulan. Akar wangi yang sudah dikeringkan bisa dijadikan bahan baku aneka kerajinan. Misalnya tas, taplak meja, tatakan gelas, ikat pinggang, dompet, sepatu atau sandal, penutup lampu, tikar, boneka, hingga gorden.

Selain bisa menjadi hiasan, aroma harum yang dikeluarkan akar wangi dipercaya bisa mengusir rayap. Oleh karena itu para ahli botani mengelompokkan akar wangi sebagai tumbuhan biopestisida. Artinya bisa menjadi pembasmi hama serangga secara alami. Jika ditanam secara tumpang sari dengan tumbuhan lain, maka serangga tak berani mengganggu.

 

Kabupaten Garut

Menurut buku The Illustrated Encyclopedia of Essential Oils yang ditulis oleh Julia Lawless (Element Books, 1995), menyebutkan wilayah Kabupaten Garut merupakan wilayah yang sangat ideal untuk tanaman akar wangi. Karena lapisan tanahnya yang sering terlapisi oleh debu vulkanik atau tanahnya dekat dengan wilayah vulkanik.

Oleh karena itu pula, melihat potensi akar wangi yang dibubdidayakan masyarakat Kabupaten Garut, pemerintah daerah setempat memberi perhatian khusus. Bentuk perhatian itu sejak tahun 1996 membuat Peraturan Daerah Pemkab Garut, yakni menetapkan adanya kawasan khusus budidaya akar wangi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini Kabupaten Garut memiliki lahan budidaya akar wangi terluas di Indonesia, lebih dari 2.400 hektare. Budidaya akar wangi yang dilakukan masyarakat Garut tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles.

Dari empat kecamatan itu, Kabupaten Garut mampu menghasilkan sekitar 20.000 ton akar wangi mentah, beserta hasil olahan berupa minyak akar wangi sebanyak 75 ton per tahun. Geliat usaha akar wangi di Kabupaten Garut itu, setidaknya mampu melibatkan 5.000 kepala keluarga, baik sebagai pemilik maupun petani penggarap. Jumlah itu belum termasuk mereka yang memilih jalur industri pembuatan minyak atsiri, kerajinan, dan perdagangan.

 

Wanginya Bisnis Akar Wangi

Aroma wangi sedap dari akar wangi menjadi inspirasi tangan-tangan kreatif untuk menciptakan produk-produk kerajinan bernilai tinggi. Belakangan ini, di sejumlah daerah akar wangi menjadi tren media produk kerajinan tangan. Pasarnya pun tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga menjadi komoditi ekspor ke berbagai negara.

Sentra-sentra kerajinan berbahan akar wangi saat ini bisa ditemui di Garut, Jabar, Wonogiri dan Pekalongan, Jateng. Seperti dikutip dari Surabaya Post, Warsito salah satu pengerajin akar wangi dari Wonogiri, menciptakan produk pohon natal dengan berbagai ukuran. Untuk sebuah pohon Natal setinggi 40 sentimeter atau setengah meter biasanya dibutuhkan dua hingga tiga kilogram akar wangi. Harga pohon natal akar wangi hasil kreasi Warsito bervariasi mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 500.000.

Lain pula dengan H. Imron Mina bin Kamsari, warga kampung Pakumpulan, Buaran di Pekalongan, Jateng, akar wangi dijadikan media tenun. Bahan baku akar wangi yang didatangkan dari Garut, setiap minggu dihasilkan tenun akar wangi sepanjang sekitar 1.000 meter dengan lebar 120 sentimeter. Dengan tenunan akar wangi itu, kemudian dikreasikan lagi menjadi berbagai produk kerajinan. Seperti alas piring makan, karpet, tirai, partisi dan sajadah.

Menurut Imron, dengan 1.000 meter tenunan akar wangi per minggu bisa dihasilkan tirai sebanyak 250 lembar, alas makan 400 lembar, dan sajadah 1.500 lembar. Produk sajadah yang dihasilkan Imron saat ini telah berhasil dipasarkan ke berbagai negara Timur Tengah, dan omsetnya bisa mencapai lebih dari Rp 2 miliar per bulan.

Lain pula dengan Joanna dari Zocha Graha Kriya, Garut, menciptakan berbagai berbagai produk suvenir. Usaha yang dirintis sejak tahun 1998, itu, antara lain menghasilkan taplak meja, tas, lampion, tudung saji, tutup kulkas, boneka, sarung bantal, hingga sekat ruangan.

Menurut Joanna, seluruh produk yang dihasilkan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu fashionable, fungsional, dan dekoratif. Dan, akar wangi yang baik untuk dijadikan kerajinan berusia 12 bulan, sebab panjangnya sudah mencapai 40 centimeter sehingga memadai untuk ditenun. Ukuran akar yang tidak sama besar justru menjadi kelebihan karena menjadikan tenunan bertekstur unik.

Untuk produk berupa boneka, kata Joana, Zocha Graha Kriya punya kreasi yang unik dan menarik. Bentuknya macam-macam, ada yang berbentuk kucing, mirip badak bercula, kodok, kurakura, bahkan bentuk naga.

Usaha yang dirintis Joana itu, kini sudah menjadi salah satu ciri khas kerajinan Kabupaten Garut. Sedangkan pasarnya, selain dipasok di dalam negeri juga diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia dan Timur Tengah.

Akar wangi juga bisa digunakan sebagai pengobatan alternatif. Seperti untuk menghilangkan bau mulut, gunakan akar wangi beberapa potong, daun sirih 2 lembar, pegagan 1 genggam, buah kapulaga 6 butir air 110 ml. Buatlah infus. Gunakan untuk berkumur, lakukan 2 kali sehari, setiap kumur 100 ml, bisa juga diencerkan dengan air hangat sebagian untuk ditelan. Untuk menghilangkan rasa nyeri dari rematik, gunakan ambil akar wangi secukupnya, lalu gosokkan pada bagian yang sakit. Dan, tunggu beberapa saat, rasa neyeri itu akan hilang.